Jakarta-metrodeli
Posisi Indra Sjafri yang kini sedang rawan terganti memunculkan tiga nama dengan ciri kesaamaan unik. Lalu siapa yang bisa mencuri hati PSSI.
Usai perhelatan Piala Asia U-20 yang dilakoni timnas Indonesia U-20 tak berbuah manis, tim asuhan Indra Sjafri harus pulang dengan tangan kosong. Pertandingan terakhir melawan Yaman, skuad Garuda Muda hanya mampu menahan imbang tim Al-Yemen A’sa’eed, julukkan timnas U-20 Yaman dengan skor 1-1.
Laga penutup ini sekaligus mengharuskan tim muda Indonesia angkat koper lebih dulu dari China untuk pulang ke tanah air. Kegagalan Dony Try dkk bersaing di fase grup C pada turnamen dua tahunan itu memupuskan harapan untuk melangkah ke babak internasional yang lebih tinggi, Piala Dunia U-20 di Chile 2025 mendatang.
Tentu dengan runtutan kekalahan tim Garuda Muda, membuat sebagian pecinta sepak bola tanah air menilai jika kulitas kepelatihan Indra Sjafri semakin underperform. Berangkat dari hal tersebut, banyak publik beranggapan jika prestasi timnas U-20 Indonesia tak lagi bisa dipertahankan atau malah semakin merosot, kemungkinan Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) akan mengevaluasi dari kinerja pelatih asal Sumatera Barat ini.
Beberapa nama pengganti dirinya pun mulai mencuat ke permukaan. Ada tiga nama yang kini mulai berseliweran di kalangan publik sepak bola tanah air menggantikan posisi pelatih berusia 62 tahun itu di skuad U-20 Indonesia.
Diantaranya Winston Bogarde, legenda sepak bola Belanda dengan pengalaman manajerial yang mumpuni, Nova Arianto, pelatih Timnas Indonesia U-17 yang juga sukses membawa timnya lolos ke Piala Asia U-17 2025. Terakhir ada Kurniawan Dwi Yulianto, eks striker Timnas Indonesia yang kini menjabat sebagai pelatih striker Timnas Indonesia U-20.
Yang menarik dan menjadi sorotan dari ketiga nama yang digadang-gadang akan mengisi kursi kepelatihan tim Muda Indonesia bila sewaktu-waktu ditinggal oleh coach Indra Sjafri, memiliki memiliki satu kesamaan unik yang menarik perhatian publik. Ketiganya sama-sama berkepala plontos. Meskipun ini hanya kebetulan, tentu faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah pengalaman, filosofi permainan, serta kemampuan mereka dalam mengembangkan talenta muda Indonesia.
Winston Bogarde, dengan latar belakang sebagai pemain top Eropa dan pengalaman di akademi muda Ajax, diyakini bisa membawa standar sepak bola modern ke Timnas U-20. Sementara itu, Nova Arianto dikenal memiliki kedekatan dengan pemain muda dan telah membuktikan kemampuannya saat menangani Timnas U-17.
Di sisi lain, Kurniawan Dwi Yulianto, yang memiliki pengalaman bermain di luar negeri dan tercatat sebagai pencetak gol terbanyak dengan jumlah 33 gol untuk timnas Indonesia, satu tingkat di bawah Bambang Pamungkas. Hal itu bisa menjadi pilihan menarik untuk meningkatkan kualitas serangan tim.
Tentu selain memperhatikan faktor pengalaman dan filosofi permainan, PSSI juga harus mempertimbangkan bagaimana calon pelatih baru dapat beradaptasi dengan karakter pemain muda Indonesia. Garuda Muda membutuhkan sosok yang tidak hanya punya taktik jitu, tetapi juga mampu membangun mental bertanding yang kuat. Mengingat kegagalan di Piala Asia U-20, dibutuhkan pelatih yang bisa menanamkan daya juang dan disiplin tinggi agar Timnas U-20 lebih kompetitif di level internasional.
Pastinya dari ketiga nama kandidat tersebut memiliki ciri khas tersendiri dalam melatih sebuah tim. Sehingga pendekatan dan adaptasi yang dilakukan harus bersifat optimal agar nantinya setiap racikan strategi dan kekuatan fisik bisa menjadi modal berharga bagi masa depan tim muda Indonesia untuk bersaing ke level Internasional yang lebih tinggi.
Namun pada akhirnya, untuk menentukan siapa yang akan menjadi pelatih baru untuk menangani tim muda Indonesia hanya diputuskan oleh Erick Thohir cs selaku big boss dari PSSI. Apakah mereka akan memilih sosok dengan pengalaman Eropa seperti Bogarde, pendekatan familiar seperti Nova, atau memberikan kesempatan bagi legenda lokal seperti Kurniawan? Yang jelas, siapapun yang terpilih harus mampu membawa Timnas U-20 bangkit dan siap bersaing di level Asia maupun dunia.(alhafiz-editor01)